Mungkin hal-hal semacam ini tak pernah terlintas di otakku
sebelumnya. Tak pernah terpikirkan untuk jadi se-melankolis dan selemah ini.
Tak sedikit orang yang berpikiran aku tidak tersentuh hal-hal semacam ini. Tapi
aku pernah juga merasakannya. Jatuh cinta. Ya, jatuh cinta.
Hanya dua kata. Tapi, saat dua kata itu menyapa, banyak
hal-hal aneh dan perubahan kerap kali terjadi pada kehidupanku. Sebuah
perjuangan baru. Ya, karena aku berjuang sekeras mungkin untuk tak mengenal
kata pacaran sebelum menikah. Semua terasa lebih sulit jika kamu berprinsip
sama, dan rasa itu hadir menyapa. Kenapa? Karena saat itu setan bekerja lebih
keras, dan jika kita tidak sekuat tenaga menolaknya, kita bisa tergoda, dan
melupakan prinsip awal kita.
Kenapa memegang prinsip itu harus?
Pertama, itu perintah agama. Jujur, aku bukanlah orang yang
bisa dikatakan baik secara universal dalam urusan agama, aku hanya berusaha
terbaik untuk jadi baik. Masih dalam tahap belajar dan masih bisa dikatakan
belum ada apa-apanya, masih suka bertindak semauku, tapi aku berusaha semampu
yang aku bisa.
Kedua, Kebayang gak sih indahnya kalau kamu itu gak pacaran
sebelum nikah? Buat kamu para wanita, kamu insyaallah masih terjaga girls. Kamu
mau kan kalau nanti pasanganmu nanti juga masih terjaga? Ingatkan, Wanita
baik-baik untuk laki-laki baik-baik, laki-laki baik-baik untuk wanita
baik-baik, wanita tidak baik untuk
laki-laki yang tidak baik, laki-laki yang tidak baik untuk wanita yang
tidak baik.
See kita bakal dapet yang sama, yang sepadan dengan kita?
Makanya aku berusaha menjaga itu.
Ketiga, aku pernah mendengar seseorang, sebuah wawancara
kurang lebih ketika itu, ada sebuah pertanyaan: “wah kamu sekarang sudah punya
pacar ya?”
Kemudian si narasumber menjawab yang intinya dia tidak punya
pacar, dan pacaran buatnya hanya ada setelah menikah.
Salut!
Lebih salutnya pernyataan itu disampaikan oleh seseorang
yang hidup di lingkungan barat bertahun-tahun, tapi tetap menjunjung tinggi
pola pikir ketimuran dan prinsip agamanya.
Double Salute!
Saat aku jatuh cinta, banyak saat-saat dimana moment berat
itu lahir. Saat dimana aku melakukan hal-hal di luar kewajaran, sering melamun
dan hal-hal semacam itu. Saat-saat dimana setan mudah masuk dan berupaya menggangguku
dengan caranya.
“Ayo lakukan ini.. lakukan itu, biar kamu lebih dekat
dengannya…”
Mereka berupaya sedemikian mungkin agar aku bisa keluar dari
jalurku. Jujur, tak jarang saat aku kalah aku justru, yah melakukan hal-hal
yang tidak sepantasnya, yang membuatku merasa malu, pada diriku sendiri dan
terutama kepada Allah, astagfirullah.
Hmm.. sama seperti orang kebanyakan, saat cinta itu datang
aku terus memikirkan sosok yang mengetuk pintu hatiku itu.
Kalau banyak orang mengatakan laki-laki itu selingkuh dengan
mata, maka wanita selingkuh dengan hati.
Yah, aku benar mengalami itu, aku terus memikirkannya
sepanjang hari, dan ketika ada sesuatu yang berkaitan dengannya disebutkan,
atau saat aku melihat wujud nyatanya, ada rasa-rasa aneh merambat ke dalam hati,
ada debar-debar halus yang tidak kutahu proses terciptanya. Rasanya seperti ada
ribuan kupu-kupu bertebangan di perutku. Indah, tapi aku tahu itu salah.
Saat aku jatuh cinta..
Entah mengapa hati ini merasa lemah, ada sayup-sayup
semangat menyelimuti hariku. Sesuatu yang jujur saja itu menyenangkan, tapi aku
tidak mau terperangkap dalam kesemuan. Karena bila aku mempertahankan ini akan
jadi begitu sulit, karena hanya akan berakhir bertepuk sebelah tangan, bukan
bagai gayung yang bersambutan. Sama sekali aku tak bisa mengungkapkan, hanya
mampu menunggu, karena disini aku sosok yang berjuang, berbeda dengan orang
kebanyakan, yang mungkin bisa sesuka hatinya menyampaikan perasaan,
mengungkapkan perasaan kepada si pembuat gejolak-gejolak dan juga debaran, tapi
aku tak bisa, sama sekali tak bisa, karena aku tak mungkin menyampaikan atau
mengungkapkan karena aku tak ingin pacaran.
Saat setan menggangguku aku hanya berupaya mengingat 3 hal
di atas. Alasan. Alasan aku menempuh jalan ini. Aku mengenal cinta, sebuah
cinta, cinta yang kuharapkan kelak dapat mendekatkanku dengan-Mu, yang
membuatku dapat bersua dengan-Mu, dan jadi kekasih-Mu.
Aku menantikan pendamping yang membuatku semakin dekat
dengan Surga-Mu.
Yah aku masih berada dalam masa penantian. Penatian. Menanti
seorang pangeran datang menjemputku. Menanti ia datang dengan kuda putihnya
menuju kastilku, dan membawaku menuju istananya.
Mungkin ia masih di perjalanan saat ini. Tengah berjuang
menghadapi banyak rintangan untuk menjemput puteri impiannya.
Ya, karena itu saat ini aku tengah berada dalam masa
persiapan, menjadi lebih pantas, semoga aku dapat bersanding dengan pangeranku
kelak dan tak mengecewakannya. Pangeran yang telah melalui beragam rintangan
sekuat tenaganya demi menjemput aku.
Akan sangat bahagia kelak bila pangeran yang memanggilku
kelak, adalah seseorang yang kucintai dan bersedia datang melamarku pada
ayahku, bukan sekedar mempermainkanku. Kutunggu kau sampai waktunya tiba,
pangerankuJ