Jumat, 06 November 2015

Saatku Jatuh Cinta




Mungkin hal-hal semacam ini tak pernah terlintas di otakku sebelumnya. Tak pernah terpikirkan untuk jadi se-melankolis dan selemah ini. Tak sedikit orang yang berpikiran aku tidak tersentuh hal-hal semacam ini. Tapi aku pernah juga merasakannya. Jatuh cinta. Ya, jatuh cinta. 

Hanya dua kata. Tapi, saat dua kata itu menyapa, banyak hal-hal aneh dan perubahan kerap kali terjadi pada kehidupanku. Sebuah perjuangan baru. Ya, karena aku berjuang sekeras mungkin untuk tak mengenal kata pacaran sebelum menikah. Semua terasa lebih sulit jika kamu berprinsip sama, dan rasa itu hadir menyapa. Kenapa? Karena saat itu setan bekerja lebih keras, dan jika kita tidak sekuat tenaga menolaknya, kita bisa tergoda, dan melupakan prinsip awal kita.

Kenapa memegang prinsip itu harus?

Pertama, itu perintah agama. Jujur, aku bukanlah orang yang bisa dikatakan baik secara universal dalam urusan agama, aku hanya berusaha terbaik untuk jadi baik. Masih dalam tahap belajar dan masih bisa dikatakan belum ada apa-apanya, masih suka bertindak semauku, tapi aku berusaha semampu yang aku bisa.

Kedua, Kebayang gak sih indahnya kalau kamu itu gak pacaran sebelum nikah? Buat kamu para wanita, kamu insyaallah masih terjaga girls. Kamu mau kan kalau nanti pasanganmu nanti juga masih terjaga? Ingatkan, Wanita baik-baik untuk laki-laki baik-baik, laki-laki baik-baik untuk wanita baik-baik, wanita tidak baik untuk  laki-laki yang tidak baik, laki-laki yang tidak baik untuk wanita yang tidak baik.

See kita bakal dapet yang sama, yang sepadan dengan kita?

Makanya aku berusaha menjaga itu.

Ketiga, aku pernah mendengar seseorang, sebuah wawancara kurang lebih ketika itu, ada sebuah pertanyaan: “wah kamu sekarang sudah punya pacar ya?”

Kemudian si narasumber menjawab yang intinya dia tidak punya pacar, dan pacaran buatnya hanya ada setelah menikah. 

Salut!

Lebih salutnya pernyataan itu disampaikan oleh seseorang yang hidup di lingkungan barat bertahun-tahun, tapi tetap menjunjung tinggi pola pikir ketimuran dan prinsip agamanya.

Double Salute!

Saat aku jatuh cinta, banyak saat-saat dimana moment berat itu lahir. Saat dimana aku melakukan hal-hal di luar kewajaran, sering melamun dan hal-hal semacam itu. Saat-saat dimana setan mudah masuk dan berupaya menggangguku dengan caranya.

“Ayo lakukan ini.. lakukan itu, biar kamu lebih dekat dengannya…”

Mereka berupaya sedemikian mungkin agar aku bisa keluar dari jalurku. Jujur, tak jarang saat aku kalah aku justru, yah melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya, yang membuatku merasa malu, pada diriku sendiri dan terutama kepada Allah, astagfirullah.

Hmm.. sama seperti orang kebanyakan, saat cinta itu datang aku terus memikirkan sosok yang mengetuk pintu hatiku itu.

Kalau banyak orang mengatakan laki-laki itu selingkuh dengan mata, maka wanita selingkuh dengan hati.

Yah, aku benar mengalami itu, aku terus memikirkannya sepanjang hari, dan ketika ada sesuatu yang berkaitan dengannya disebutkan, atau saat aku melihat wujud nyatanya, ada rasa-rasa aneh merambat ke dalam hati, ada debar-debar halus yang tidak kutahu proses terciptanya. Rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu bertebangan di perutku. Indah, tapi aku tahu itu salah.

Saat aku jatuh cinta..

Entah mengapa hati ini merasa lemah, ada sayup-sayup semangat menyelimuti hariku. Sesuatu yang jujur saja itu menyenangkan, tapi aku tidak mau terperangkap dalam kesemuan. Karena bila aku mempertahankan ini akan jadi begitu sulit, karena hanya akan berakhir bertepuk sebelah tangan, bukan bagai gayung yang bersambutan. Sama sekali aku tak bisa mengungkapkan, hanya mampu menunggu, karena disini aku sosok yang berjuang, berbeda dengan orang kebanyakan, yang mungkin bisa sesuka hatinya menyampaikan perasaan, mengungkapkan perasaan kepada si pembuat gejolak-gejolak dan juga debaran, tapi aku tak bisa, sama sekali tak bisa, karena aku tak mungkin menyampaikan atau mengungkapkan karena aku tak ingin pacaran.

Saat setan menggangguku aku hanya berupaya mengingat 3 hal di atas. Alasan. Alasan aku menempuh jalan ini. Aku mengenal cinta, sebuah cinta, cinta yang kuharapkan kelak dapat mendekatkanku dengan-Mu, yang membuatku dapat bersua dengan-Mu, dan jadi kekasih-Mu.
Aku menantikan pendamping yang membuatku semakin dekat dengan Surga-Mu.

Yah aku masih berada dalam masa penantian. Penatian. Menanti seorang pangeran datang menjemputku. Menanti ia datang dengan kuda putihnya menuju kastilku, dan membawaku menuju istananya.

Mungkin ia masih di perjalanan saat ini. Tengah berjuang menghadapi banyak rintangan untuk menjemput puteri impiannya.

Ya, karena itu saat ini aku tengah berada dalam masa persiapan, menjadi lebih pantas, semoga aku dapat bersanding dengan pangeranku kelak dan tak mengecewakannya. Pangeran yang telah melalui beragam rintangan sekuat tenaganya demi menjemput aku.

Akan sangat bahagia kelak bila pangeran yang memanggilku kelak, adalah seseorang yang kucintai dan bersedia datang melamarku pada ayahku, bukan sekedar mempermainkanku. Kutunggu kau sampai waktunya tiba, pangerankuJ