Kamis, 09 April 2015

Back For You Chapter 5



Back For You Chapter 5

Casts                     :               Song Joong Ki

                                                Moon Chae Won

                                                Song Ji Hyo

                                                Kang Gary

                                                Song Jin Ki

                                                Choi Min Ho

                                                Lee Kwang Soo

Author                 : Nisa Song

Summary             :               Sebuah kenangan menyakitkan yang entah mengapa kembali mencuat ke permukaan . Yang dulu, hanya dipendamnya seorang diri, orang lainnya mengira ia telah sembuh total dari luka lama nya tersebut melihat wajah Joong Ki yang beberapa tahun belakangan ini nampak selalu ceria . Ya, karena ia memang menemukan alasan untuk tidak lagi larut bersama luka masa lalu yang telah tertorehkan begitu dalam di dalam palung jiwanya terdalam, namun ketika kini, alasannya itu telah pergi entah angin mana yang membawa perasaan sedih itu kembali padanya . Namun sebuah semangat tidak tahu tiba asalnya . Kini, Joong ki, bertekat untuk melawannya . Tapi kita tidak pernah tahu alasan sesungguhnya Joong Ki melakukan semua itu . Karena dia ingin kembali bangkit . Mungkin juga karena ia telah lelah dan pada akhir nya menyerah .

Chapter 5

Ku lihat bintang bersinar terang di langit malam..

Ku umpamakan itu wajahmu yang begitu mempesona bahkan mengalahkan para bintang yang ada di langit itu..

Bulan yang kini berbentuk sabit..

Kuibaratkan itu sebagai lengkung senyummu yang begitu cantik...

Yang menyinari kegelapan jiwaku yang saat itu tengah dilanda keterpurukan terdahsyat dalam hidupku..

Saat mentari pagi datang menyinari hariku...

Itu adalah sosokmu yang bahkan menyinari dan menghangatkan diriku...

Kau bahkan menjadi hujan bagi diriku...

Yang menyirami dan menyegarkan jiwaku, yang tengah kerontang kala itu..

~

Dan kembali terbayang betapa berartinya kau dalam hidupku beberapa tahun belakangan ini . Tiada alasan spesial mengapa kau menjadi begitu spesial di mata orang-orang lainnya . Karena mereka tidak pernah mengerti kespesialan serta keajaiban yang kau berikan dalam hidupku . Yah Keajaiban , yang tak banyak orang-orang mengerti . Meski bila logika berjalan banyak wanita yang lebih cantik, lebih pintar, lebih kaya, yang mungkin bisa kudapatkan karena paras yang kumiliki, Tapi, mereka tak pernah memiliki satu hal . Keistimewaan . Satu keistimewaan yang hanya kau miliki, yaitu karena kau begitu istimewa. Istimewa karena kau hadir disaat yang benar-benar tepat . Istimewa karena ku percaya kau memang di kirimkan tuhan untukmu . Istimewa karena kau lah orang yang hadir dihidupku dari begitu banyak manusia yang memiliki kesempatan sama.

~o~o~

“baiklah noona bila kau memilih pergi aku mungkin akan memilih jalan yang sama denganmu, pergi dengan caraku, bila kali ini aku sanggup bertahan mungkin kau akan melihatku lagi, namun bila aku tidak mampu menghilangkan trauma itu dan kembali terseret dalam dunia menyedihkan itu aku sudah siap, saat nanti apa bila kau memutuskan untuk kembali . Kau akan menemukan benar-benar Song Joong Ki yang berbeda . Song Joong Ki yang bahagia sangat bahagia karena hidup sebagai manusia normal, yang tidak memiliki kenangan buruk apapun karena Joong Ki yang dulu, sering kali trauma akan beberapa telah mengalahkan ketakutannya . Atau kau akan menemukan Joong Ki, yang sangat menyedihkan.....”

“atau bahkan, kau tidak akan pernah menemukan keberadaanku lagi, bukan hanya tidak bisa, menemukan senyumku seperti yang kutulis dalam surat itu...”

Entah mengapa Joong Ki mengatakan hal tersebut hanya saja, hatinya sudah tidak bisa menolerir apa yang telah Ji Hyo lakukan padanya .

~

Minho terpekur sendirian di dalam kamar nya . Membayangkan sebuah masa lalu yang terus mengintainya, sebuah rasa bersalah yang terus saja, menghantuinya, yang bahkan ia takut membicarakannya pada orang lain, bahkan keluarganya sendiri . Sebuah kebodohan dimana egoism remaja yang kekanak-kanakan membludak  dalam jiwanya kala itu dan kini ia bahkan tak bagaimana caranya Minho  menghilangkan rasa bersalahnya, memulai langkah menuntaskan masalahnya pun ia tak bisa.

Kembali penyesalan yang hadir dalam dirinya . Mengapa ia melakukan sebuah kebodohan yang seharusnya tak ia lakukan . Yang justru sekarang menimbulkan dan mungkin saja kepedihan yang ia terima pada akhirnya. Sebuah tindakan yang sama sekali tidak didasari oleh akal sehat hanya mengikuti naluri yang tak jelas berpangkal pada apa . Tapi, satu hal yang jelas adalah sekarang ia benar-benar menyesali semuanya, semua hal yang telah terjadi itu .

Rasa bersalah yang terus mengintainya ini beralasan yang jelas disebabkan mungkin saja hal yang telah dilakukannya beanr-benar merubah hidup seseorang , ya seseorang yang menjadi perkara penyesalan yang ia rasakan saat ini . Ya, saat ini .

~

Joong Ki belum juga pulang, sudah beberapa jam ia masih berada di rumah sakit untuk sekedar mengucap salam dengan orang-orang yang dikenalnya yang berada di rumah sakit itu . Atau sekedar berjalan-jalan menikmati sejuknya taman yang ada si sekitar rumah sakit itu .

“nampaknya aku benar-benar butuh udara segar seperti ini.......”

Joong Ki menatap sebuah bangku taman dan pandangannya berhenti di tempat itu . Seolah-olah mengenalinya . Tapi ia sadar mungkin hanya sebuah ilusi yang ia rasakan saat ini . Sebab sebuah bayangan seseorang yang terlihat samar perlahan muncul dalam ingatannya tanpa ia tahu siapa itu .

“mungkinkah itu ?”

Dan seketika Joong Ki menggeleng-gelengkan kepalanya menyadari bahwa apa yang baru saja menjadi sebuah jawaban yang terlintas di kepalanya adalah sebuah kesalahan . Ya, Joong Ki benar-benar yakin itu salah dan tidak pernah dan tidak mungkin benar adanya .

Joong Ki masih mengitari taman itu atau sekedar melepas rindu dan melihat-lihat keadaan di sekitar rumah sakit itu . 

Tapi hati terkecil nya menyadari ia sangat merindukan tempat itu lebih tepat nya wanita yang sering kali bersama nya untuk pergi ke tempat itu . Tempat dimana ia dan ji hyo sering pergi ke sana, tempat ji hyo senantiasa menemaninya saat ia melakukan fisioterapi selama bertahun-tahun.

Ya, selama bertahun-tahun - itu yang masih bisa dia ingat – Joong Ki, harus melalui sebagian besar harinya di rumah sakit dan harus terbiasa dengan panas nya sinar yang keluar dari mesin-mesin fisioterapi, serta cahaya merah yang menyala darinya.

Adalah mimpi buruk bagi setiap atlit saat mereka mengalami cedera, apalagi cedera parah yang mau tidak mau harus membuat merek menamatkan karir dibidang yang mungkin telah mereka rintis dan geluti hampir sepanjang hidup mereka, begitu pula, yang Joong Ki alami saat mengetahui apa yang terjadi pada dirinya seketika dunia runtuh saat itu juga, dunia yang telah ia bangun sejak jauh hari, impian yang telah begitu ia idamkan seakan hancur dalam semalam . Dalam sebuah pertandingan menentukan, ia memperoleh sebuah kepahitan sebelum sempat mereguk manis nya kejayaan, meraih medali emas pertama yang sudah lama ia persiapkan dan nantikan . Hari yang telah ia nantikan hanya berakhir menjadi boomerang.

~

Sulit untuk melewati sang waktu, yang seakan bergulir begitu lambat, meninggalkan jiwaku yang sekarat dalam kesendirian dan sebuah kehampaan berkepanjangan yang membuat hatiku seakan berkarat, namun waktu pulalah yang menyembuhkan kepiluan itu tuhan memberi bantuan melalui tangan seorang bidadari cantik yang memang sengaja Ia kirimkan untukku, untuk menyembuhkan lukaku dan membuat diriku kembali memperoleh yang namanya kebangkitan, menjauh dari yang namanya keterpurukan.

Waktu juga pada akhirnya memberikanku sebuah cerita, banyak suka dan duka, tapi bersama malaikat itu aku mampu melalui banyak hal dan membuat duniaku kembali memiliki warna, tidak kelabu seperti sebelumnya.

Hati kecilku masih sering mengatakan hal itu berkali-kali, memoriku merekamnya sangat jelas sehingga otakku mampu memikirkan hal itu berulang-ulang dengan begitu detailnya yang pada akhirnya membuat luka yang tersemat di hatiku menjadi berlipat-lipat lebih dalam.

~

“Hujan selalu membawa ingatanku padamu, karena setiap hujan dirimulah yang selalu berada di sisiku. Saat mentari terbitpun aku selalu mengingat dirimu, karena setiap ku melihat sinarnya mentari kau selalu berada di sisiku. Itulah mengapa setiap saat waktu itu hanya untuk mengingatkanku padamu.”

Membuatku semakin sulit untuk melupakanmu, noona. Seringkali ku mencoba untuk melupakanmu, aku tidak pernah mempelajari langkah pertamanya, itulah mengapa hingga saat ini aku masih menyimpan belum mampu menghilangkan apapun tentangmu dari benakku.

Namun kembali waktu memaksaku melakukan hal-hal yang tidak aku sangka, membuatku tidak mempunyai pilihan lain, membuatku harus menghilangkan sekecil apapun kenangan tentang dirimu dalam otakku, dan aku tidak bisa untuk tidak melakukannya.

~

Jin Ki semakin pusing dengan apa yang dilakukan Joong Ki belakangan ini, bukan, bukan karena Joong Ki yang sering diam-diam menangis di kamarnya sendirian, bukan juga karena wajahnya murung saat tak ada yang melihatnya, tapi perubahan di diri Joong Ki yang menjadi sumber permasalahannya. Joong Ki yang tiba-tiba menjadi ceria, Joong Ki yang tiba-tiba menjadi semakin jarang di rumah, Joong Ki yang gayanya tak lagi sama, hyungnya itu bahkan memangkas rambutnya menjadi jauh lebih pendek dari sebelumnya, dan semakin rapi dan jujur saja, memang membuatnya jauh terlihat tampan, tapi ada hal aneh yang terus mengganggu pikirannya, mengapa bisa begitu tiba-tiba begini, dan ada sorotan aneh dalam matanya, dan Jin Ki sadari itu bukanlah sorotan mata milik hyung yang selama ini dia kenal.

Dirinya masih sedikit merasa bersalah saat hari dimana Chae Won datang ke rumahnya, setelah menunggu berjam-jam dan ternyata yang ditunggunya tidak datang, karena hyungnya itu tidak pulang sama sekali hari itu dan mengiriminya pesan bahwa ia menginap di rumah temannya.

Kwang Soo juga sudah beberapa hari belakangan ini menghilang dari pandangan dan semakin jarang pulang, entah permasalahan apa yang mendera tapi, hal tersebut lantas membuat Jin Ki khawatir, Jin Ki semakin sering berada di rumah sendirian.

Tapi, entah mengapa hatinya seperti pernah melihat Chae Won dan Min Ho, entah dimana, tapi ia yakin ia pernah melihatnya di suautu tempat.

Selagi Jin Ki memikirkan hal tentang dimana ia pernah melihat Chae Won dan Min Ho, tiba tiba sebuah pesan masuk dari Joong Ki mambuatnya mengalihkan fikirannya dan seketika raut wajahnya menjadi kesal setelah membaca pesan itu yang memang mengabarkan Joong Ki tidak pulang hari itu dan mungkin besok dia pulang agak terlambat, atau ia bahkan tidak pulang untuk dua hari kedepan disebabkan satu dan lain hal yang tidak dijelaskan oleh hyungnya.

~

Aku tertatih menempuh jalan ini, sebuah jalan yang salah yang seharusnya tidak pernah ku lewati.
Kembali kata-kata seperti itu mengusik fikiranku yang sampai saat ini memang belum mampu berpikir jernih. Segera saja ku banting apa saja yang berada dalam jangkauanku, sebagai pelampiasan emosiku yang tiba-tiba tidak terkontrol sama sekali. Aku benar-benar sudah muak hidup seperti ini, ini bukanlah kemampuanku untuk menempuh jalan ini, bukan pula diriku yang menghendaki keadaan ini, tapi, keadaanlah yang berperan penting dan membuatku jadi begini. Apalagi yang harus ku lakukan sekarang, aku tahu ini semua salahku tapi, sudah terlalu terlabat untuk menyampaikan sekedar maaf.

Sebuah masalah yang tidak terpecahkan selama bertahun-tahun itu membuat pria yang sedang terduduk di kamarnya, menjadi kehabisan bahkan hilang akal.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu, yang diketuk seseorang dari luar, yang diyakininya adalah Chae Won.

Dengan malas ia buka pintu kamarnya itu dan munculah sosok tinggi menjulang yang membuat si pemilik ruangan kaget karena kehadiran sosok lain itu.

“Neo..”

“Kita harus bicara Min Ho-sshi”

~

Chae Won terkejut dengan kehadiran Jin Ki di rumahnya pagi-pagi sekali. Anehnya lagi, anak laki-laki yang telah dianggapnya sebagai adik laki-lakinya sendiri yang tidak pernah ia miliki, mengajaknya berjalan-jalan. Ada suatu hal aneh, pikirnya. Tak biasanya Jin Ki berkunjung ke rumahnya di waktu sepagi ini. Biasanya Jin Ki akan ke rumahnya saat siang atau bahkan malam hari, tidak pernah di waktu sepagi ini, Chae Won melihat jam yang melingkar di tangannya, baru pukul 05.30, sangat aneh.

Tiba-tiba kendaraan yang mereka tumpangi berhenti di depan Sungai Han. Sebuah pemandangan yang mampu membuat siapapun yang melihatnya mampu melupakan sejenak permasalahan hidup mereka.

“Noona..”

“Ne?”

Tiba-tiba Jin Ki tidak melanjutkan perkataannya.

“Wae Jin Ki-ah? Gwenchanayo?”

Ucap Chae Won dengan lembut.

“Entahlah”

Gumam Jin Ki yang mampu terdengar oleh telinga Chae Won.

“Aku hanya, seperti kehilangan hyungku sekarang noona”

“ne?”

“Entahlah rasanya Joong Ki hyung berbeda dengan Joong Ki hyung yang selama ini menjadi hyungku”

“Kenapa kau tiba-tiba mengatakan hal ini padaku?”

“Kau menyukainya bukan?”

“mwo?”

“iya kau menyukainya, Joong Ki hyung? Sudah sejak lama bukan noona? aniyo sangat lama, Sembilan tahun adalah waktu yang begitu panjang”

“apa maksudmu?”

“Aku menyadari kau adalah noona yang sama dengan noona yang ada di Daejeon dulu, iyakan?”

Tiba-tiba Moon Chae Won tidak melanjutkan perkataannya, ia hanya terdiam mendengar penuturan Jin Ki.

“jadi benar mereka adalah orang yang sama”

Ujar Chae Won sedikit mengawang.

“iya jadi bisakah kau membantuku untuk mengembalikan hyungku kepada kenyataan sesungguhnya?”

~

Pagi-pagi sekali Joong Ki telah berada di rumah sakit, sebuah rumah sakit universitas tempat ia menghabiskan hampir semua waktunya beberapa waktu belakangan ini. Dengan kemeja putih yang ia masukkan ke dalam celananya, sangat rapi. Tidak ada raut wajah menderita dan menyedihkan lagi seperti sebelumnya. Wajahnya nampak segar sehabis mandi. Sembari merapikan rambutnya di cermin, ia mengembangkan senyumnya, sebuah senyum yang sangat sulit untuk diartikan, senyuman yang rasanya, berbeda, bukan senyum palsu atau senyuman seperti sebelumnya hanya saja terasa, sedikit berbeda.

Ia bergegas memasuki ruang kerjanya. Belum ada orang di ruangan itu. Sebuah ruangan yang didominasi warna putih, yang memiliki aroma yang begitu khas, dan telah menjadi begitu familiar bagi Joong Ki.

Tak berapa lama, suara langkah kaki terdengar mendekat menuju ruangan tempat Joong Ki berada, tak lama sosok itu telah berada di hadapannya.

“Hyung..”

“apa yang sedang kau lakukan eoh?” Ujar Gary lembut.

“aniyo, aku hanya sedang ingin melihat-lihat”

“yakin tidak ada hal lain?”

“nde” Ujar Joong Ki tidak yakin dengan perkataannya sendiri.

“Kau tampaknya tidak pulang beberapa hari belakangan”

“ye,” Ujar Joong Ki kembali menerawang.

“wae?”

“Aku hanya.. entahlah”

“hmm?”

Hanya dentingan jarum jam yang terdengar kemudian. Tidak ada kata apapun yang Joong Ki katakan.

“baiklah bila tak ada yang ingin kau katakan”

Setelah mengatakan kalimat tersebut Gary beranjak meninggalkan ruangan itu.

“andwae, changkaman hyung”

“wae?”

“sebenarnya ada sesuatu yang inginku katakan padamu”

“ceritakan saja, Jin Ki ya”

“sebenarnya..”

~

Chae Won merenung sendirian di taman yang ada di belakang rumahnya. Ia merenungkan kata-kata yang diucapkan Jin Ki tadi. Ia bingung bagaimana caranya ia mengembalikan Joong Ki. Sesuatu hal yang sangat ia sesali adalah mengapa ia terlambat mengingat semua. Mengapa ia terlalu lama mengetahui semua ini, sudah terlalu terlambat. Suatu hal yang tidak pernah ia sadari akan terjadi, ternyata terjadi. Ternyata telah ada orang lain yang mengisi hati Joong Ki selama ini di saat ia masih menyimpan perasaannya pada Joong Ki di saat yang sama. Sungguh menyedihkan. Ji Hyo nama itu yang tadi Jin Ki ucapkan. Orang seperti apa dia Chae Won tidak pernah tahu.

*Flashback

“tolong bantu hyungku kembali kepada kenyataan”

“kembali kepada kenyataan?”

“iya, hyungku mulai terlihat sangat menyedihkan semenjak”
“semenjak apa?”

“semenjak.. Ji Hyo noona meninggalkannya beberapa saat lalu”

Ujar Jin Ki seperti ragu mengucapkan nama itu.

“Ji Hyo?”

“Dia.. wanita yang sangat dicintai hyung”

Ujar Jin Ki merasa sedikit bersalah mengucapkan nama itu.

“jadi maksudmu?”

Jin Ki menganggup lemah seperti mengerti apa yang dimaksud oleh Chae Won.

“jadi seperti itu”

Ujar Chae Won, nada suaranya seperti ditegar-tegarkan, padahal jika dilihat dari ekspresinya ia begitu kaget dan nampak sangat terluka.

“bisakah kau bantu Joong Ki hyung?”

Ulang Jin Ki akhirnya kemudian.

“memang apa yang terjadi padanya?”

“Hyungku aku... seperti tidak mengenalnya lagi”

“maksudmu?”

“Bagaimana kalau aku ceritakan dari awal saja”

“Baiklah”

“Begini. Intinya hyungku dulu sempat mengalami cedera lutut akibat kecelakaan dalam sebuah pertandingan besar..” Jin Ki berhenti sejenak, ia melihat ekspresi Chae Won kaget, seperti memikirkan sesuatu. “...dan ia sempat terpuruk selama beberapa saat, kurang lebih enam bulan, sampai...” Jin Ki berhenti sejenak. “Ia menemukan Ji Hyo noona pada suatu hari. Ia bertemu Ji Hyo noona di sebuah Rumah Sakit Universitas Nam Hyuk, aku tidak mengerti bagaimana mereka bertemu secara pasti. Tapi, setelah hari itu noona, Joong Ki hyung tidak lagi mengizinkan jika aku menemaninya menjalankan terapi. Dan keesokkan harinya, dan seterusnya Ji Hyo noona selalu datang ke rumah ini untuk menemani Joong Ki hyung. Datang saat pagi-pagi sekali dan pulang setelah Joong Ki hyung terlelap tidur. Kami sama sekali tidak keberatan dengan kehadirannya. Ia seperti sihir, sihir yang baik, yang mampu mengembalikan senyuman Joong Ki hyung setelah sekian lama. Ia membuat Joong Ki hyung memiliki semangat untuk hidup lagi. Membuat hyung semangat untuk diterapi, mau makan tanpa harus dipaksa. Punya semangat yang tinggi untuk sembuh. Untuk kembali kekeadaan yang baik lagi. Sampai..” Jin Ki kembali mengambil nafas untuk mengucapkan hal yang sangat sukar untuk dia ucapkan, sebenarnya membayangkannya saja sudah cukup menyedihkan. “Ji Hyo noona datang dan mengumumkan, kepergiannya dalam waktu yang sepertinya sangat lama.”

“Lalu apa yang trejadi padanya setelah itu?”

“Joong Ki hyung?”

“Ani, Ji Hyo?”

“Aku tidak tahu”

“Dan yang terjadi pada Joong Ki?”

“Seperti yang mungkin kau duga. Awalnya dia menunujukkan kesedihannya dan lama kelamaan kami fikir itu akan sembuh, hanya masalah waktu. Dan kami pikir itu terbukti dan kami baru tahu belakangan kalau itu hanya sebuah kepura-puraan. Ia selalu tersenyum, tapi akhirnya aku menyadari semua hanya sebuah kepalsuan belaka, Aku dan Kwang Soo hyung, kau juga mengenalnya kan noona?” melihat angukkan Chae Won akhirnya Jin Ki melanjutkan kisah Joong Ki lagi. “sering melihat Joong Ki hyung diam-diam menangis bila ia merasa bila ia sedang sendirian.”

“Dan itu masih berlangsung sampai saat ini?”

“Tidak”

“Nde?”

“Hyungku sudah tidak begitu lagi”

“Lalu apa masalahnya sekarang Jin Ki-ya?”

“Ia hanya terlalu berubah bagiku”

“Maksudnya terlalu berubah bagimu itu bagaimana, aku, jadi bingung sekarang?”

“Dia memang tidak lagi menyedihkan seperti beberapa saat lalu, tapi bagi aku yang mengenal Ia seumur hidupku, aku mengetahui bahwa itu bukan dia”

“Ah, begitu, aku mengerti sekarang”

“Dan lagi... dia tidak ingin hidup lagi, dia hidup tapi aku merasa jiwanya tidak hidup.”

“Lalu apa yang harus aku lakukan?”

“Jadi kau bersedia membantuku, noona?”

“Iya, jadi, perasaanku benar Jin Ki-ya?”

“Perasaan?”

“Arg, aniyo,  baiklah aku bersedia membantumu Jin Ki-ya”

“Jeongmal gomawo noona”

~

Kwang Soo sedang berada di suatu tempat yang terbilang sepi. Banyak pepohonan yang berada di sekelilingnya. Hanya hijau warna yang begitu mendominasi lingkungan sekitarnya. Sangat terlihat ia tengah berada di Seoul hari ini dan ia nampak tengah berada di sebuah Hanok (rumah-rumahan Korea) bersama seseorang. Mereka nampak tengah terlibat dalam sebuah pembicaraan serius. Lawan bicaranya tiba-tiba berteriak histeris dan akhirnya Kwang Soo pergi, membiarkan lawan bicaranya tadi menjadi seorang diri.

~

Gary merenungi kata-kata yang diucapkan Joong Ki pagi tadi. Sedih rasanya mendengar hal menyedihkan seperti itu harus dialami seseorang yang telah ia anggap seperti adik laki-lakinya sendiri yang memang tidak pernah Gary miliki. Ia hanya memiliki seorang adik perempuan yang sama ia sayangi dengan Joong Ki.

Langit begitu gelap hari ini, membuat kadar merana di hati Gary makin tinggi. Tiba-tiba ponselnya bordering, dengan malas ia mengangkat teleponnya tanpa melihat di layar teleponnya siapa yang akan segera menjadi lawan bicaranya. Dengan mata sedikit tertutup ia berbicara dengan orang yang baru saja meneleponnya.

“Yeobosseo”

“.....”

“Wae?”

“Kau ada di mana?”

“Baik”

“...”

“Tunggu aku”

Dengan tergesa-gesa ia segera bangkit dari duduknya, mengambil jaket dan kunci mobil dan segera mengeluarkan mobil dari garasinya karena saat itu telah malam. Jam di dinding telah menunjukkan pukul 09.00 dan ia memacu cepat mobilnya di jalan raya menuju suatu tempat.

“Neo..”

“Mianhae oppa”

“Neo gwenchana?”

Wanita itu seketika menangis tersedu-sedu, entahlah apa yang menyebabkan tangisnya, tapi ia tampak sangat menyedihkan sekarang.

“Mianhae oppa, jeongmal mianhae oppa”

“Kenapa kau terus minta maaf padaku”

“Maafkan aku jebal”

“Ne, aku memaafkanmu, tapi apa yang terjadi padamu”

“Aku takut”

“Kau takut kenapa Ji Hyo-ya?”

“Aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi”

“sesuatu yang buruk seperti apa maksudmu?”

“Entahlah hanya saja itu terasa begitu menyakitkan”

“Ne?”

“Tolong bantu aku”

“Ye.”

“Jangan tinggalkan aku”

“Saranghae oppa”

“Na do Saranghae”

Gary akhirnya memeluk tubuh Ji Hyo yang masih bergetar, dan Ji Hyo terus mengalirkan air matanya dalam pelukan Gary.

*To Be Continued.



0 komentar:

Posting Komentar