Senin, 27 April 2015

Praktikum Keempat Sosiologi Umum- Struktur Interaksi Kelompok Elit dalam Pembangunan : Penelitian di TIga Desa Santri || Tolong Bantu Perbaiki Pertanian Kami



Just for Reference ya....

M.K. Sosiologi Umum ( KPM 130 )                                    Rabu, 17 September 2014
Praktikum Ke 3                                                         RK. CCR 2.16 / Q.09.2

Chairunnisa / G54140016

“Struktur Interaksi Kelompok Elit dalam Pembangunan : Penelitian di Tiga Desa Santri”
Oleh:
Sunyoto Usman
dan
“Tolong Bantu Perbaiki Pertanian Kami”
Oleh:
Muhammad Syaifullah

Asisten Praktikum :
1.       Dyah Utari ( I34100060 )
2.      Nurul Rizki ( H44120099 )
 

Ikhtisar

Bacaan 1 :

Biasanya istilah elit sering dianggap sesuatu yang berkonotasi negatif, namun dalam sosiologi konsep elit sebenarnya tidak seburuk itu yang merujuk pada anggota kelompok yang disegani, dihormati, kaya, serta berkuasa, bukannya kelompok yang sekedar menggunakan atribut yang serba mewah dan glamor. Terdapat dua pendapat tentang kelahiran kelompok elit di masyarakat, yang pertama karena proses alami, yaitu orang-orang yang dipilih tuhan untuk memiliki kemampuan dan keterampilan yang lebih tinggi dalam mengatasi atau memcahkan persoalan hidup semntara yang kedua kelompok elit lahir dari kompleksitas organisasi sosial. Di pedesaan jumlah anggota kelompok elit ini tidak begitu banyak, hanya anggota masyarakat yang mempunyai jabatan sosial dalam pemerintahan desa.

Berbagai studi dari berbagai disiplin ilmu sosiologi telah menunjukan bahwa kelompok elit sangat potensial sebagai agen perubahan. Telah banyak bukti yang memperlihatkan bahwa pembangunan tipe elit semacam itu tampil sebagai figur yang sangat potensial terutama dalam proses memobilisasi masyarakat, contohnya fenomena desa santri dalam studi masalah pembangunan dan struktur interaksi kelompok elit tampil menjadi episode penelitian yang menarik karena di desa lazimnya masih ada dominasi figur tokoh agama. Kelompok elit banyak terlibat dan berinisiatif dalam pembuatan keputusan. Penelitian ini terutama bertujuan mengidentifikasi struktur interaksi elit dalam mengakomodasi implementasi proyek pembangunan pedesaan dan membatasinya pada tiga macam proyek pembangunan yaitu : Supra Insus Padi, Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), dan bantuan desa, dengan menggunakan tiga macam pendekatan untuk mengidentifikasi kelompok elit, yaitu : positional approach (mencari individu-individu yang menempati posisi penting dalam lembaga-lembaga sosial, reputational approach (melakukan wawancara mendalam dengan informan-informan kunci untuk mengkasifikasikan tokoh-tokoh yang menjadi panutan masyarakat, dan decisional approach (melihat penampilan nyata tokoh-tokoh masyarakat dalam proses pengambilan keputusan). Di dalam kehidupan masyarakat desa yang tidak begitu terpengaruh akan kepentingan politik tidak menjadi suatu masalah bila mempertahankan kegiatan pembangunan tersebut karena pemduduk desa yang relatif masih terisolir atau hanya sedikit terkena penetrasi kota, sudah saatnya pula kelompok elit di pedesaan mau bahu-membahu dan menjalin hubungan yang lebih intim dalam kegiatan pembangunan.

Bacaan 2 :

Pertemuan yang terjadi antara beberapa jagawana yang dipimpin oleh Ade Suharso, Kepala Seksi Konservasi Taman Nasional (TN) Kutai Wilayah Tanjung Limau dengan beberapa masyarakat di Kondolo pada pertengahan September berlangsung menyejukan. Kepala dusun Kondolo menyadari tugas dari pihak Ade Suharso yang memang untuk menjaga hutan, tetapi ia tidak bisa memungkiri hidup bahwa masyarakat desa itu mempertahankan hidup dengan membuka hutan untuk membuat kayu arang. Hal tersebut memang harus jadi perhatian karena bila petugas melarang warga yang benar-benar mencari hidup dari kayu arang tersebut, maka bagaimana dengan nasib mereka, meskipun begitu harus dilihat mana yang menjadikan itu pekerjaan utama atau sampingan, hal tersebut bertujuan agar tidak terjadinya saling bermusuhan diantara kedua belah pihak.
 
Analisis :

Bentuk-bentuk interaksi sosial dibagi menjadi dua macam yaitu :

1.      Proses mendekatkan atau mempersatukan (Assosiatif)

Proses sosial yang mendekatkan atau mempersatukan ini dapat diperinci sebagai berikut:

a.       Kerja sama

Kerja sama berarti bekerja bersama dalam rangka mencapai sesuatu tujuan bersama.
Contoh kerja sama dalam bacaan 1 adalah terdapat kerja sama para pamong desa (antara pamong desa satu dengan yang lainnya) serta kerja sama dengan para anggota kelompok elit lainnya seperti Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, Kelompok Tani, petani kaya, guru desa atau para pegawai negeri yang tempat bekerjanya mungkin di kota atau di desa lain. Namun memang peran pamong desa yang cenderung lebih aktif dibanding kelompok elit lainnya.  (antar individu)

Kerja sama terjadi pula antara kyai dan para muridnya, yang mendukung Kyai tersebut menjadi anggota golkar atau berafiliasi dengan golkar dan warga yang bersdia mentumbangkan uangnya ke para pamong desa. (antara individu-kelompok)

PPL bekerja sama dengan para ketua kelompok tani suprasius, pemerintah pusat bekerja sama dengan anggota masyarakat dan para pamong desa yangbersama dengan para petani kaya menjalankan proyek pembangunan desa. (antara kelompok-kelompok)

Contoh kerja sama dalam bacaan 2 adalah adanya kerja sama dari orang-orang bermodal dari Sanggata (secara individu) dengan para pamong desa. (individu-kelompok)

b.      Akomodasi

Akomodasi adalah suatu keadaan keseimbangan atau usaha-usaha mengakhiri pertikaian secara permanen atau sementara diantara pihak-pihak yang berkonflik paling sedikit dalam hal-hal yang disepakati.

Contoh akomodasi dalam bacaan 1 adalah toleransi warga masyarakat agar tidak terjadi konflik. (individu-individu)

Kelompok elit menjadi penghubung antara pemerintah dengan masyarakat. (kelompok-kelompok)

Contoh akomodasi dalam bacaan 2 adalah Ade Suharso memimpin dialog dengan beberapa tokoh masyarakat guna tidak terjadinya perselisihan di Kondolo. (individu-kelompok)

c.       Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial yang ditandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia.

Contoh asimilasi pada bacaan 1 adalah perubahan interaksi antara anggota kelompok elit pedesaan. (individu dengan individu)  

Contoh asimilasi pada bacaan 2 adalah pengupayaan terjadinya penyatuan gagasan antara warga masyarakat dengan petugas jagawana. (kelompok-kelompok)

2.      Proses menjauhkan atau mempersatukan (Dissosiatif)

Sedangkan proses sosial yang menjauhkan atau mempertentangkan dapat diperinci sebagai berikut :

a.       Persaingan

Persaingan adalah suatu proses sosial dimana dua orang atau lebih berjuang dengan bersaing satu sama lain untuk memiliki atau mempergunakan barang-barang yang berbentuk material atau bukan material.

Contoh persaingan pada bacaan 1 adalah terjadi perebutan suara antara pamong desa dan tokoh agama. (kelompok dengan kelompok)

Contoh persaingan pada bacaan 2 adalah terjadinya perselisihan antara petugas jagawana degan masyarakat akibat perdebatan untuk menjaga hutan dan antar individu yang saling bersaing untuk menguasai lahan. (individu-individu)
 
Adanya persaingan antara kelompok pendatang dan masyarakat setempat dalam hal menggunakan fungsi hutan. (kelompok-kelompok)
 
b.      Kontravensi

Kontravensi merupakan bentuk antara persaingan dengan konflik yang ditandai dengan gejala-gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang, atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, dan kebencian terhadap kepribadian seseorang.

Tidak ditemukan contoh kontravensi pada bacaan 1

Contoh kontravensi pada bacaan 2 adalah kekeras-kepalaan kepala dusun Kondolo yang berdebat untuk tetap membuka lahan dengan para petugas jagawana. (individu-kelompok)
 
Minimnya masyarakat diperhatikan oleh pemerintah sehingga mereka harus mencari cara untuk hidup dengan kesulitan. (kelompok-kelompok)

c.       Konflik

Konflik adalah proses sosial dimana orang-perorangan atau kelompok manusia  berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lain atau lawan dengan ancaman dan atau kekerasan.

Tidak ditemukan contoh konflik dalam bacaan 1

Contoh konflik pada bacaan 2 adalah masyarakat setempat yang tetap mempertahankan daerahnya dan terjadinya pertikaian antara masyarakat dan pemerintah akibat kurangnya perhatian pemerintah bahkan hingga petugas jagawana yang dihadang puluhan masa, dan diancam mobilnya akan dibakar. (kelompok-kelompok)
               





0 komentar:

Posting Komentar