Just for Reference ya....
M.K. Sosiologi Umum ( KPM 130 ) Rabu, 17 September
2014
Praktikum Ke 3 RK. CCR 2.16
/ Q.09.2
Chairunnisa
/ G54140016
“Struktur
Interaksi Kelompok Elit dalam Pembangunan : Penelitian di Tiga Desa Santri”
Oleh:
Sunyoto
Usman
dan
“Tolong
Bantu Perbaiki Pertanian Kami”
Oleh:
Muhammad
Syaifullah
Asisten
Praktikum :
1.
Dyah
Utari ( I34100060 )
2. Nurul Rizki ( H44120099 )
Ikhtisar
Bacaan 1 :
Biasanya istilah elit
sering dianggap sesuatu yang berkonotasi negatif, namun dalam sosiologi konsep
elit sebenarnya tidak seburuk itu yang merujuk pada anggota kelompok yang
disegani, dihormati, kaya, serta berkuasa, bukannya kelompok yang sekedar
menggunakan atribut yang serba mewah dan glamor. Terdapat dua pendapat tentang
kelahiran kelompok elit di masyarakat, yang pertama karena proses alami, yaitu
orang-orang yang dipilih tuhan untuk memiliki kemampuan dan keterampilan yang
lebih tinggi dalam mengatasi atau memcahkan persoalan hidup semntara yang kedua
kelompok elit lahir dari kompleksitas organisasi sosial. Di pedesaan
jumlah anggota kelompok elit ini tidak begitu banyak, hanya anggota masyarakat
yang mempunyai jabatan sosial dalam pemerintahan desa.
Berbagai studi dari
berbagai disiplin ilmu sosiologi telah menunjukan bahwa kelompok elit sangat
potensial sebagai agen perubahan. Telah banyak bukti yang memperlihatkan bahwa
pembangunan tipe elit semacam itu tampil sebagai figur yang sangat potensial
terutama dalam proses memobilisasi masyarakat, contohnya fenomena desa santri
dalam studi masalah pembangunan dan struktur interaksi kelompok elit tampil
menjadi episode penelitian yang menarik karena di desa lazimnya masih ada
dominasi figur tokoh agama. Kelompok elit banyak terlibat dan berinisiatif
dalam pembuatan keputusan. Penelitian ini terutama bertujuan mengidentifikasi
struktur interaksi elit dalam mengakomodasi implementasi proyek pembangunan
pedesaan dan membatasinya pada tiga macam proyek pembangunan yaitu : Supra
Insus Padi, Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), dan bantuan desa, dengan
menggunakan tiga macam pendekatan untuk mengidentifikasi kelompok elit, yaitu :
positional approach (mencari individu-individu yang menempati posisi penting
dalam lembaga-lembaga sosial, reputational approach (melakukan wawancara
mendalam dengan informan-informan kunci untuk mengkasifikasikan tokoh-tokoh
yang menjadi panutan masyarakat, dan decisional approach (melihat penampilan
nyata tokoh-tokoh masyarakat dalam proses pengambilan keputusan). Di dalam
kehidupan masyarakat desa yang tidak begitu terpengaruh akan kepentingan
politik tidak menjadi suatu masalah bila mempertahankan kegiatan pembangunan
tersebut karena pemduduk desa yang relatif masih terisolir atau hanya sedikit
terkena penetrasi kota, sudah saatnya pula kelompok elit di pedesaan mau
bahu-membahu dan menjalin hubungan yang lebih intim dalam kegiatan pembangunan.
Bacaan 2 :
Pertemuan yang terjadi
antara beberapa jagawana yang dipimpin oleh Ade Suharso, Kepala Seksi
Konservasi Taman Nasional (TN) Kutai Wilayah Tanjung Limau dengan beberapa
masyarakat di Kondolo pada pertengahan September berlangsung menyejukan. Kepala
dusun Kondolo menyadari tugas dari pihak Ade Suharso yang memang untuk menjaga
hutan, tetapi ia tidak bisa memungkiri hidup bahwa masyarakat desa itu
mempertahankan hidup dengan membuka hutan untuk membuat kayu arang. Hal
tersebut memang harus jadi perhatian karena bila petugas melarang warga yang
benar-benar mencari hidup dari kayu arang tersebut, maka bagaimana dengan nasib
mereka, meskipun begitu harus dilihat mana yang menjadikan itu pekerjaan utama
atau sampingan, hal tersebut bertujuan agar tidak terjadinya saling bermusuhan
diantara kedua belah pihak.
Analisis :
Bentuk-bentuk interaksi
sosial dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Proses mendekatkan atau
mempersatukan (Assosiatif)
Proses sosial yang
mendekatkan atau mempersatukan ini dapat diperinci sebagai berikut:
a. Kerja sama
Kerja
sama berarti bekerja bersama dalam rangka mencapai sesuatu tujuan bersama.
Contoh
kerja sama dalam bacaan 1 adalah terdapat kerja sama para pamong desa (antara
pamong desa satu dengan yang lainnya) serta kerja sama dengan para anggota
kelompok elit lainnya seperti Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, Kelompok Tani,
petani kaya, guru desa atau para pegawai negeri yang tempat bekerjanya mungkin
di kota atau di desa lain. Namun memang peran pamong desa yang cenderung lebih
aktif dibanding kelompok elit lainnya. (antar
individu)
Kerja
sama terjadi pula antara kyai dan para muridnya, yang mendukung Kyai tersebut
menjadi anggota golkar atau berafiliasi dengan golkar dan warga yang bersdia
mentumbangkan uangnya ke para pamong desa. (antara individu-kelompok)
PPL
bekerja sama dengan para ketua kelompok tani suprasius, pemerintah pusat
bekerja sama dengan anggota masyarakat dan para pamong desa yangbersama dengan
para petani kaya menjalankan proyek pembangunan desa. (antara
kelompok-kelompok)
Contoh
kerja sama dalam bacaan 2 adalah adanya kerja sama dari orang-orang bermodal
dari Sanggata (secara individu) dengan para pamong desa. (individu-kelompok)
b. Akomodasi
Akomodasi
adalah suatu keadaan keseimbangan atau usaha-usaha mengakhiri pertikaian secara
permanen atau sementara diantara pihak-pihak yang berkonflik paling sedikit
dalam hal-hal yang disepakati.
Contoh
akomodasi dalam bacaan 1 adalah toleransi warga masyarakat agar tidak terjadi
konflik. (individu-individu)
Kelompok
elit menjadi penghubung antara pemerintah dengan masyarakat.
(kelompok-kelompok)
Contoh
akomodasi dalam bacaan 2 adalah Ade Suharso memimpin dialog dengan beberapa
tokoh masyarakat guna tidak terjadinya perselisihan di Kondolo.
(individu-kelompok)
c. Asimilasi
Asimilasi
adalah proses sosial yang ditandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan yang
terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia.
Contoh
asimilasi pada bacaan 1 adalah perubahan interaksi antara anggota kelompok elit
pedesaan. (individu dengan individu)
Contoh
asimilasi pada bacaan 2 adalah pengupayaan terjadinya penyatuan gagasan antara
warga masyarakat dengan petugas jagawana. (kelompok-kelompok)
2. Proses menjauhkan atau
mempersatukan (Dissosiatif)
Sedangkan proses sosial
yang menjauhkan atau mempertentangkan dapat diperinci sebagai berikut :
a. Persaingan
Persaingan
adalah suatu proses sosial dimana dua orang atau lebih berjuang dengan bersaing
satu sama lain untuk memiliki atau mempergunakan barang-barang yang berbentuk
material atau bukan material.
Contoh
persaingan pada bacaan 1 adalah terjadi perebutan suara antara pamong desa dan
tokoh agama. (kelompok dengan kelompok)
Contoh
persaingan pada bacaan 2 adalah terjadinya perselisihan antara petugas jagawana
degan masyarakat akibat perdebatan untuk menjaga hutan dan antar individu yang
saling bersaing untuk menguasai lahan. (individu-individu)
Adanya
persaingan antara kelompok pendatang dan masyarakat setempat dalam hal
menggunakan fungsi hutan. (kelompok-kelompok)
b. Kontravensi
Kontravensi
merupakan bentuk antara persaingan dengan konflik yang ditandai dengan
gejala-gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang, atau suatu rencana dan
perasaan tidak suka yang disembunyikan, dan kebencian terhadap kepribadian
seseorang.
Tidak
ditemukan contoh kontravensi pada bacaan 1
Contoh
kontravensi pada bacaan 2 adalah kekeras-kepalaan kepala dusun Kondolo yang
berdebat untuk tetap membuka lahan dengan para petugas jagawana.
(individu-kelompok)
Minimnya
masyarakat diperhatikan oleh pemerintah sehingga mereka harus mencari cara
untuk hidup dengan kesulitan. (kelompok-kelompok)
c. Konflik
Konflik adalah
proses sosial dimana orang-perorangan atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan
menantang pihak lain atau lawan dengan ancaman dan atau kekerasan.
Tidak
ditemukan contoh konflik dalam bacaan 1
Contoh
konflik pada bacaan 2 adalah masyarakat setempat yang tetap
mempertahankan daerahnya dan terjadinya pertikaian antara masyarakat dan
pemerintah akibat kurangnya perhatian pemerintah bahkan hingga petugas jagawana
yang dihadang puluhan masa, dan diancam mobilnya akan dibakar. (kelompok-kelompok)
0 komentar:
Posting Komentar